Nurul Ummahat adalah pondok khusus untuk perempuan. Beralamat di Prenggan KG II/ 980, Kota Gede, Yogyakarta. Sungguh menyenangkan tinggal di sini sejak tahun 2010, bulan Oktober. Selain, untuk menimba ilmu agama, juga menimba ilmu kemasyarakatan. Di dalamnya kami diajarkan berbagi dalam segala kepada teman-teman sepondok, menghormati guru ngaji kami. Banyak tamu dari berbagai kalangan berbeda agama, ras, suku, pemikiran, jabatan, istilahnya "dari batur sampai direktur" datang ke sini, sehingga kami para santri sudah biasa dengan perbedaan dan itu tidak menjadi persoalan untuk menimbulkan konflik. Kami, diajarkan untuk menghargai dan menghormati perbedaan tersebut di dunia nyata, bertemu dengan orang-orang yang berbeda-beda, tidak hanya sekadar teori. Bentuk perintah Tuhan yang berupa "Umat Muslim dan agama islam sebagai Rahmatil'alamin" artinya Islam sebagai agama yang membawa kedamain di dunia dan akhirat yang diwujudkan dan dilaksanakan secara nyata oleh muslim itu sendiri.
Di pondok ini kegiatan kami mengaji. Bangun jam 4 untuk salat subuh berjamaah. Pukul 5 ngaji kitab bersama Pak Abdul Muhaimin sebagai Kyai dan Pengasuh PP Nurul Ummahat. Ngaji kitab di pagi hari ini diajarkan dengan cara yang modern, moderat dan manusiawi. Sesuai visi pondok. Dapat dikatakan lebih dari sekadar kuliah di bangku kuliah. Lalu, setelah jam 6, santri bebas berkegiatan, ada yang kuliah, sekolah, ataupun kerja. Sebelum waktu magrib semua santri harus sudah di pondok. Waktunya salat magrib, maka harus berjamaah, selanjutnya ngaji Qur'an dengan Ibu Umi As'adah selaku Ibu Nyai dan Pengasuh PP Nurul Ummahat. Kalau anak baru ngajinya dengan Bapak. Santri lama ngaji dengan Ibu. Ibu ataupun Bapak menyemak santri-santri yang membaca maupun hafalan AL - Quran secara bersama-sama, sekitar 3 santri sekaligus, masing-masing Guru. Pertama kali datang ke sini, hal itulah yang membuat salut. Subhanallah...
Setelah ngaji Quran, adalah salat isya' berjamaah. Dilanjutkan dengan Mujahadah, yaitu berdzikir, dan puji-pujian kepada Tuhan dengan Asmaul Husna bersama-sama secara khusuk. Setalah itu, santri bebas berkegiatan. Belajar, nonton TV sampai pukul 10 malam, dan sebagianya. Setiapa kali pergi dari pondok harus pamitan dengan mencium tangan Ibu Umi, sebagai wali santri selama di pondok.
Kegiatan setiap malam Jumat dan hari-hari raya islam diatur oleh pengurus/ santri-santri yang dijadikan pengurus dengan pemilihan terbuka maupun tertutup. Penulis-pun pernah menjadi pengurus divisi Kebersihan/ Sarpras dan Humas, dalam 2 periode yang berbeda.
Pada hari-hari islam seperti Isra' Mi'raj pada hari Kamis, tanggal 6 Juni 2013 diadakan peringatan di mushola pondok secara sederhana. Acara itu diikuti oleh seluruh santri, Bapak/Ibu pengurus pondok, dan orangtuan juga anak-anak asuh yang dikelola dibawah naungan pondok. Dalam pemberian bantuan kepada anak-anak asuh tersebut dananya bersumber dari donatur, yang kebanyakan malah no-muslim. Ini jugalah yang membuat Penulis tergelitik, "jika kita harus jujur pada diri sendiri", non-muslim saja bisa menjadi pembawa kedamaian sesuai ajaran mereka, kenapa kita umata muslim tidak? Malah sering menimbulkan konflik-konflik yang seringkali dimulai dari hal-hal sepele. Na'uzhubillah-himinzdalik...
Kembali pada acara isra' mi'raj. Langsung saja Penulis sajikan beberapa foto kami saat is'raj mi'raj. Namun, Penulis tidak mendapatkan foto yang bersama anak-anak asuh.
Postingan
0 komentar