Selama di Jogja saya merasa senang, karena apapun yang kita inginkan ada dan tersedia. Bahkan, jika kita ingin kaya-pun bisa. Semua jenis pekerjaan ada di Kota Budaya ini. Selama ini saya hanya menikmati Jogja lebih banyak di siang sampai sore hari. Ketika malam menjelang saya sudah di rumah/ di pondok pesantren. Saya jarang keluar malam. Sesekali keluar malam itupun ketika menginap di kos teman untuk mengerjakan tugas kampus. Pernah beberapa kali keluar malam setelah mendapat pasien dan ngelesi anak sekolah sampai malam, saya melihat malam di Jogja sungguh menakutkan. Bagi saya malam Jogja asing, dan penuh ketakutan. Miris juga kalau pas di jalan lihat motor anak-anak muda seusia saya atau lebih muda/tua boncengan dengan lawan jenis erat-erat/ pegang pinggang/ perut. Macam suami-istri saja. Dilihat dari tampilannya sih kayaknya mereka bukan suami-istri. Bagi saya, gemerlapnya Jogja ketika malam sungguh mencekam batin, membuat was-was. Seringkali membayangkan kalau-kalau ada penjambretan, atau penyambetan korban yang sedang mengendarai sepeda motor dengan senjata tajam oleh penjahat, dan ketakutan-ketakutan lainnya.
Berbeda ketika siang hari, Kota Jogja bagi saya mempesona. Masyarakatnya terlihat ramah, baik dan penuh dengan budaya yang melekat pada mereka. Saya senang Kota Jogja siang hari, karena hati saya tenang, tidak was-was. Kalau pas malam harus ada teman yang menemani. Berbeda ketika siang, saya sendiri pergi kemanapun tidak ada rasa takut. Meskipun begitu, kota Jogja tetap kota Budaya, Pendidikan dan Pariwisata.
Selama hampir 4 tahun di Jogja, ini pertama kalinya saya Foto di Tugu pas malam hari. Senin 24 Juni 2013.
Saya ditemani Puji Aastuti, teman rumah dari kecil hingga sekarang, Dialah salah satu sahabat lama saya. Sahabat yang selalu bersaing dalam segala hal, tapi kami tetap saling menyayangi dan membantu. Terimakasih ^_^
jos
BalasHapus